Muslimat NU
di Panggung Politik
Bagi Aisyah
Hamid, Muslimat Nahdlatul Ulama (selanjutnya disebut Muslimat) lahir dari
getaran berbagai irama yang bergolak di
kalangan wanita Islam Indonesia, khususnya wanita di lingkungan Ahlu as
sunnah wa al Jamaah. Pada awal abad ke-20 terjadi transformasi kultural
sebagai konsekuensi logis modernisasi. Banyak munculnya pesantren pe–rempuan
yang memicu adanya gerakan-gerakan wa–nita tersebut.
Keterlibatan kaum perempuan dalam kampa-nye NU patut mendapatkan
perhatian khusus, tidak hanya karena keberhasilan cara-cara mereka terap–kan,
tetapi juga perjuangan mendapatkan hak seba–gai calon yang dipilih untuk
menjadi anggota legislatif dari partai NU.
Usulan tersebut mendapat pertentangan dari kiai-kiai yang masih memiliki
pemikiran konservatif. Argumentasinya, seorang perempuan dalam melak–sanakan
tugas di legislatif dikhawatirkan banyak gangguan yang membuatnya tidak kuat.
Gangguan itu bersifat bahaya moral dan fisik, baik dari sisi
politiknya maupun pribadinya, sebagai ibu rumah tangga. Memang tidak seorang
pun anggota Muslimat yang dapat mengingat siapa Kiai yang menolak calon
legislatif perempuan ketika itu. Walaupun ada kemungkinan orang itu adalah KH.
Bisri Syansuri yang terkenal konservatif mengenai masalah gender di
perpolitikan. “Pada awal tahun 1960-an, ia menentang keterlibatan perempuan
dalam kegiatan marching band dan latihan militer,” Kata Aisjah Dachlan,
pada 17 februari 1992 dan Asma Syahruni, 21 Februari dan 9 maret 1992,
sebagaimana dikutip Fealy.
Setelah
melalui perdebatan sengit, PBNU akhirnya menyetujui adanya anggota perempuan
dari NU, serta memberi instruksi pada Lapunu agar perempuan juga dimasukkan
dalan daftar nama calon. Sebagaimana sebelumnya, dengan keputusan untuk
memperluas hak-hak anggota perempuan, para tokoh NU tidak bisa melawan
keharusan politik. Tokoh-tokoh perempuan dari PNI, Masyu–mi, dan PKI terbukti
menjadi juru kampanye yang efektif. Hanya dengan memberikan kesempatan yang
sama kepada Muslimat, NU berharap akan dapat memaksimalkan dukungan dari
pemilih perempuan.
No comments:
Post a Comment