Thursday, January 24, 2019

makalah struktur perkembangan hewan mikroteknik jaringan darah


Makalah 
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
MIKROTEKNIK JARINGAN DARAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Tujuan
         1.         Untuk membuat preparat jaringan darah manusia
         2.         Mendeskripsikan preparat yang sudah dibuat
1.2  Dasar Teori
Pengamatan sel darah merah atau eritosit di bawah mikroskop akan memperlihatkan ciri-ciri yaitu tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk bikonkaf sehingga menyebabkan permukaannya terlihat lebih luas. Sedangkan sel darah putih (leukosit) akan memperlihatkan bentuk inti tidak teratur dan dalam sitoplasma terdapat granula spesifik yang dinamakan neutrofil, sosinofil, dan basofil. Neutrofil memiliki satu inti dengan 2-5 lobus yang berbentuk sosis (biasanya 3 lobus) yang satu sama lain dikaitkan oleh benang-benang nalus kromatin. Eosinofil memiliki inti yang berlobus dua. Sedangkan basofil memiliki satu inti yang besar dengan bentuk pilinan ireguler, umumnya dalam bentuk huruf S, sitoplasma mengandung granula yang lebih besar dari granulosi, lainnya yang seringkali granula menutupi inti. Leukosit dengan ciri tersebut digolongkan dalam leukosit kelompok granulosit. Sementara itu leukosit yang memiliki ciri memiliki inti dengan bentuk teratur dan dalam sitoplasmanya tidak mengandung granula spesifik dikenal dengan leukosit kelompok agranulosit. Contoh agranulosit adalam limfosit dan manosit. Limfosit merupakan sel sferis dengan ciri inti sferis dengan kromatin padat sehingga kadang-kadang tampak gelap, sitoplasma kecil dan kadang tampak sebagai lingkaran kecil di sekitar inti. Sedangkan monosit memiliki ciri inti oval, berbentuk kaki kida, atau berbentuk ginjal, kromatin kurang padat sehingga inti akan terwarnai lebih muda dibandingkan dengan inti limfosit. Inti monosit bisanya mengandung 2 atau 3 anak inti.
Darah merupakan materi yang berperan dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Sekitar 90% komposisi plasma darah adalah air. Di dalam plasma terkandung ionion dan protein, serta sel-sel darah yang secara bersama-sama berfungsi dalam regulasi osmotik, transportasi, dan pertahanan tubuh. Ion-ion dalam plasma berfungsi sebagai elektrolit, sebagai buffer bagi darah, mempertahankan keseimbangan osmotik dalam darah, serta berperan penting dalam aktifitas otot dan saraf. Adapun fungsi dari protein di dalam plasma adalah sebagai buffer melawan perubahan pH, membantu mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, serta mempertahankan viskositas (kekentalan) darah. Protein-protein plasma tertentu memiliki fungsi tambahan, seperti immunoglobulin (antibodi) yang membantu dalam melawan virus dan agen asing lainnya yang menyerang tubuh. Protein plasma tertentu berperan saat proses penggumpalan darah pada pembuluh darah yang pecah. Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma darah, yaitu sel darah merah (eritrosit) yang berperan dalam transpor O2 dan sel darah putih (leukosit) yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Selain kedua jenis sel tersebut, terdapat pula fragmen-fragmen sel yang terlibat dalam proses penggumpalan darah yang disebut trombosit (platelet).
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk mahluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme perthanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostaris. Darah terdiri dari dua komponen utama, pertama plasma darah yaitu bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit dan protein darah, kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit) (Indah V dan Tristyanto, 2012).
Eritrosit merupakan sel-sel yang ditemukan paling banyak di dalam darah. Dalam satu mikroliter darah manusia terdapat 5-6 juta sel-sel darah merah, sehingga dalam 5 liter darah terkandung sekitar 25 triliun sel. Struktur eritrosit berkaitan erat dengan fungsinya dalam transpor oksigen. Eritrosit manusia berbentuk cakram kecil bikonkaf (tipis di bagian tengah), dengan diameter 7-8 μm. Dengan area permukaan yang luas, bentuk tersebut meningkatkan laju difusi oksigen dalam melintasi membran plasma eritrosit. Pada eritrosit mamalia dewasa tidak terdapat nukleus, sehingga sel-sel berukuran kecil ini mampu menampung lebih banyak haemoglobin, yang merupakan protein pengikat oksigen dan mengandung zat besi (Campbell et al., 2010).
Leukosit atau sel darah putih merupakan sel yang berfungsi untuk memerangi infeksi. Sebagian dari sel-sel ini bersifat fagositik, yaitu memakan dan mencerna mikroorganisme patogen maupun sisa-sisa dari sel-sel tubuh yang telah mati. Secara normal, terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam setiap 1 μL darah manusia. Jumlah ini akan meningkat secara temporer saat tubuh memerangi infeksi. Berbeda dari eritrosit, leukosit mampu menembus dinding kapiler pembuluh darah dan berpatroli di dalam cairan interstisial maupun sistem limfatik (Campbell et al., 2010)
Effendi (2003) menyatakan bahwa leukosit merupakan sel yang memiliki inti serta granula spesifik (granulosit) yang berupa tetesan setengah cair dalam keadaan hidup dengan inti yang bervariasi. Pada leukosit yang tidak memiliki granula, intinya berbentuk bulat atau ginjal, dengan sitoplasma yang homogen. Leukosit berperan dalam pertahanan selular dan humoral organisme terhadap infeksi zat asing. Melalui proses diapedesis, leukosit mampu bergerak secara amoeboid. Dengan menerobos di antara celah sel-sel endotel, leukosit mampu bergerak meninggalkan dinding kapiler darah kemudian menembus jaringan penyambung. Pemeriksaan variasi fisiologi dan patologi darah memerlukan persentase dan jumlah absolut tiap-tiap jenis sel per unit volume darah. Sebagian besar leukosit, yaitu granulosit, monosit, dan sedikit limfosit, di produksi di sumsum tulang.
Sementara limfosit serta sel-sel plasma diproduksi di jaringan limfe. Sel-sel yang telah terbentuk akan diangkut oleh darah untuk didistribusikan. Leukosit ditranspor ke bagian tubuh yang mengalami infeksi dan peradangan serius. Secara normal, terdapat enam macam leukosit di dalam darah, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Neutrofil, basofil dan eosinofil merupakan tipe sel polimorfonuklear, yang semuanya memiliki granula sehingga disebut granulosit. Berikut ini adalah persentasi dari jenis-jenis leukosit pada manusia dewasa :
                     1.         Neutrofil 62,0 %
                     2.         Eosinofil 2,3 %
                     3.         Basofil 0,4 %
                     4.         Monosit 5,3 %
                     5.         Limfosit 30,0 % (Guyton, 1997).


BAB II
METODOLOGI
2.1  Alat dan Bahan
Pada praktikum Mikroteknik Jaringan Darah, kami menggunakan beberapa alat dan bahan pada praktikum Mikroteknik Jaringan Darah. Alat yang kami gunakan adalah: Mikroskop, Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna. Sedangkan kami menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah manusia, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol, Asam asetat glasial 100%.
2.2  Prosedur Kerja
Pembuatan preparat histologi darah prabandus
         1.         Menyiapkan objek glass yang bersih lalu merendam menggunakan alkohol 70%, membiarkan rendaman tersebut di dalam lemari es semalam atau sampai saat digunakan
         2.         Meletakkan objek glass di atas tisu kering (sehingga kering), memberi label dan menulis identitas pada ujung objek glass
         3.         Mensterilkan ujung jari telunjuk menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%
         4.         Mengatur alat blood lancet pen dan menusuk jari telunjuk sebelah kiri
         5.         Membuang tetesan pertama dengan cara mengisap menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%
         6.         Meneteskan darah pada objek glass pada posisi bagian tepi objek glass
         7.         Meletakkan objek glass yang lain pada sampel tetesan darah dengan posisi miring. menunggu beberapa waktu sampai tetesan darah memenuhi ujung objek glass, lalu menggeser ke arah berlawanan setipis mungkin
         8.         Mengeringkan objek glass beberapa waktu ±10 detik
         9.         Objek glass direndam dengan metanol 100% selama 1 menit
       10.       Merendam objek glass dengan pewarna giemsa 3% selama 1 menit lalu mengeringkan ±10 detik
       11.       Mencuci objek glass dengan aquadest atau air mengalir
       12.       Merendam dengan campuran alkohol 96% : xylol (1:1) selama 1 menit lalu mengeringkan ± 10 detik
       13.       Menetesi bagian objek glass yang akan diamati dengan xylol 1 tetes (menjaga jangan sampai kering) dan menutup langsung dengan cover glass
       14.       Mengamati dibawah mikroskop, memulai dengan perbesaran kecil berturut turut 4x, 10x, 40x
       15.       Melakukan pengamatan terhadap bentuk sel dan identifikasi termasuk jenis sel apa (eritrosit, leukosit, eosinofil, basofil, limfosit, monosit, dan trombosit)
       16.       Mencatat dan menggambar hasil pengamatan pada tabel data pengamatan
       17.       Memberi 1 tetes immersion oil jika diperlukan untuk memperjelas pengamatan, lalu mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x
       18.       Membersihkan lensa objektif jika ketika selesai menggunakan lens paper yang telah dibasahi dengan xylol
Pengamatan preparat histologi apusan darah
         1.         Mengamati jaringan-jaringan darah menggunakan preparat apusan yang telah dibuat
         2.         Menggambar dan memfoto hasil pengamatan jaringan sesuai perbesaran di mikroskop
         3.         Menentukan bagian-bagian pada preparat yang di amati


BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1  Tabel Hasil Pengamatan

Jenis Sel yang Diamati
Tipe Jenis Sel
Gambar Tangan
Gambar Dokumentasi
Keterangan
Preparat Apusan Darah
Eritrosit



1.      Eritrosit
2.      Dinding sel
3.      Sitoplasma 



BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum mikroteknik jaringan darah kami melakukan percobaan dengan tujuan untuk membuat preparat jaringan darah manusia dan mendeskripsikan preparat yang sudah dibuat. Pada praktikum mikroteknik jaringan darah kami menggunakan beberapa alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mikroteknik darah. . Alat yang kami gunakan adalah: Mikroskop, Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna. Sedangkan kami menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah manusia, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol, Asam asetat glasial 100%.
4.1  Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembuatan apusan darah (termasuk faktor kegagalan)
Pada saat praktikum mikroteknik jaringan darah kami melakukan percobaan pembuatan preparat jaringan darah manusia atau preparat apusan darah, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan apusan darah beserta faktor kegagalan dalam praktikum mikroteknik jaringan darah. Faktor yang pertama adalah tebal tipisnya apusan yang dilakukan, semakin tebal apusan maka tidak akan terlihat dengan jelas bagian-bagian pada preparat apusan darah, sehingga penampakan dibawah mikroskop dengan tampilan bertumpuk-tumpuk. Faktor kedua ialah sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah darah yang masih segar, jadi ketika darah telah di ambil dari praktikan maka segera diberi perlakuan atau segera di apuskan pada gelas objek.

4.2  Jelaskan kesulitan yang saudara temui pada saat pembuatan preparat darah/apusan darah
Pada saat proses pembuatan preparat darah atau apusan darah kami menemui kesulitan dalam pembuatan preparat, dimana cairan darah yag kami apus masih terlalu tebal sehingga membuat sel-sel didalam preparat berkumpul menjadi satu sehingga kesulitan untuk dilihat melalui mikroskop.



4.3  Jelaskan kesulitan yang saudara temui pada saat pengamatan di bawah mikroskop preparat apusan darah yang sudah dibuat
Pada saat proses pengamatan kami mendapati kesulitan dimana preparat yang kami gunakan masih terlalu tebal sehingga saat proses mencari sel-sel perlu lebih lama.

4.4  Bagaimana cara saudara mengatasi permasalahan pada no 2&3
Pada permasalahan nomor dua yaitu kesulitan yang kami pada saat pembuatan preparat darah/apusan darah adalah tebalnya preparat yang kami buat sehingga kami perlu mengulangi lagi daalam proses penambahan darah kepada preparat.
Pada permasalahan nomor tiga yaitu kesulitan yang kami temui pada saat pengamatan di bawah mikroskop preparat apusan darah yang kami buat ialah karena terlalu tebalnya preparat sehingga kami mencari bagian-bagian preparat yang memiliki apusan paling tipis.

4.5  Fungsi masing-masing larutan kimia
Pada saat praktikum mikroteknik jaringan darah kami mengunakan beberapa larutan kimia, diantaranya: Immersion oil, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol, dan Asam asetat glasial 100%.
Immersion oil adalah hal esensial yang yang diperlukan dalam mengamati sel, immersion oil diperlukan untuk menghilangkan pembiasan yang terjadi pada celah udara antara lensa objectif dan object glass. Immersion oil berfungsi sebagai penghubung antara lensa dan kaca.
Pewarna giemsa 3% merupakan teknik pewarnaan mikroskopi atau teknik standar untuk mewarnai parasit, membrane, inti sel, dan lain sebagainya.
Methanol 100% merupakan senyawa kimia yang berfungsi sebagai pendingin anti beku, jadi methanol dugunakan untuk mempercepat proses pembekuan.
Alcohol 70% dan alcohol 96%, pada alcohol 70% berfungsi sebagai seterilisasi alat, tangan praktikan, jarum, dan objek glass. Sedangkan untuk alcohol 96% digunakan sebagai bahan campuran dengan larutan xylol.
Xylol berfungsi sebagai zat untuk menjernihkan suatu specimen atau preparat sehingga memudahkan dalam pengamatan
Asam asetat glasial 100% berfungsi sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).

4.6  Penjelasan setiap tahapan cara kerja
Pada praktikum mikroteknik jaringan darah, kami melakukan cara kerja sebagai berikut: 1. Menyiapkan objek glass yang bersih lalu merendam menggunakan alkohol 70%, membiarkan rendaman tersebut di dalam lemari es semalam atau sampai saat digunakan, berfungsi untuk mensterilkan objek glass. 2.     Meletakkan objek glass di atas tisu kering (sehingga kering), memberi label dan menulis identitas pada ujung objek glass, berfungsi untuk memberikan tanda dan mengeringkan objek glass. 3. Mensterilkan ujung jari telunjuk menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%, berfungsi untuk mensterilkan ujung jari. 4. Mengatur alat blood lancet pen dan menusuk jari telunjuk sebelah kiri, blood pen berfungsi untuk menusuk telunjuk untuk keluarnya darah. 5. Membuang tetesan pertama dengan cara mengisap menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%, berfungsi untuk tetap menjaga kesterilan dari darah. 6.      Meneteskan darah pada objek glass pada posisi bagian tepi objek glass, berfungsi untuk memberikan ruang proses pengapusan 7. Meletakkan objek glass yang lain pada sampel tetesan darah dengan posisi miring. menunggu beberapa waktu sampai tetesan darah memenuhi ujung objek glass, lalu menggeser ke arah berlawanan setipis mungkin, berfungsi untuk mempermudah dalam melihat sel-sel dibawah mikroskop. 8. Mengeringkan objek glass beberapa waktu ±10 detik, berfungsi untuk mengeringkan preparat apusan darah. 9.      Objek glass direndam dengan metanol 100% selama 1 menit, berfungsi sebagai membunuh bakteri yang ada pada preparat 10. Merendam objek glass dengan pewarna giemsa 3% selama 1 menit lalu mengeringkan ±10 detik, berfungsi untuk memberikan warna terhadap preparat. 11.    Mencuci objek glass dengan aquadest atau air mengalir, berfungsi untuk membersihkan preparat dari larutan giemsa. 12.        Merendam dengan campuran alkohol 96% : xylol (1:1) selama 1 menit lalu mengeringkan ± 10 detik, berfungsi sebagai proses penjernihan dan dehidrasi. 13. Menetesi bagian objek glass yang akan diamati dengan xylol 1 tetes (menjaga jangan sampai kering) dan menutup langsung dengan cover glass, berfungsi untuk melindungi preparat dari sesuatu yang dapat merusak jika bersentuhan secara langsung.




4.7  Jenis-jenis leukosit pada darah

Eosinofil berfungsi membunuh parasit, merusak selsel kanker dan  berperan dalam respon alergi. Jumlah eosinofil dalam sel darah putih yaitu sekitar 2 - 4 %, dimana diameternya sama dengan diameter neutrofil yaitu 12 - 15 µm. Jumlah nukleusnya terdiri dari dua lobe yang keduanya juga terhubung oleh filament. Granula eosinofil berwarna merah kekuningan,dalam sitoplasma jumlahnya sedikit sehingga nukleus masih dapat dilihat  jelas.
Neutrofil adalah adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga polymorphonuclear karena  bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.
Basophil fungsinya berperan dalam respon alergi. Diameter basophil lebih kecil dari neutrophil dan basophil yaitu sekitar 9-10 µm. Jumlahnya 1% dari total sel darah putih. Granulanya berwarna merah kebiruan dalam sel  jumlahnya sangat banyak hampir menutupi semua sel, sehingga nucleus yang  jumlah lobe dua dan terhubung oleh filament tidak dapat dilihat jelas.
Limfosit fungsinya memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker dan membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma. Nukleusnya berbentuk bulat hampir memenuhi sel atau dengan kata lain hanya ada satu lobe. Jumlahnya sekitar 20-40% dalam sel darah putih, dengan diameter 8-10 µm
Monosit ,berfungsi mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi. Nuleusnya terdiri dari dua lobe yang menyatu. Jumlah monosit sekitar 3 - 8 % dalam sel darah putih dengan diameter antara 16-20 µm.


BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Pada praktikum mikroteknik jaringan darah dengan tujuan untuk membuat preparat jaringan darah manusia dan mendeskripsikan preparat yang sudah dibuat. Pada praktikum mikroteknik jaringan darah kami menggunakan beberapa alat dan bahan pada praktikum Mikroteknik Jaringan Darah. Alat yang kami gunakan adalah: Mikroskop, Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna. Sedangkan kami menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah manusia, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol, Asam asetat glasial 100%.
Pada preparat apusan darah manusia terdapat Eosinofil berfungsi membunuh parasit, merusak selsel kanker dan  berperan dalam respon alergi. Neutrofil adalah adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basophil. Basophil fungsinya berperan dalam respon alergi. Diameter basophil lebih kecil dari neutrophil dan basophil. Limfosit fungsinya memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker dan membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma. Monosit ,berfungsi mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.


DAFTAR PUSTAKA

Eurika Novi. 2018 . Tim Biologi Struktur Perkembangan Hewan. Universitas Muhammadiyah jember.
Dwi,2013.https://www.academia.edu/15509652/Makalah_teknik_Apusan_mikrotekkk_Repaired. Diakses pada tanggal 20 November 2018 Pukul 00:02 WIB
Internet online: http://e-journal.uajy.ac.id/12599/3/BL013762.pdf Diakses pada tanggal 20 November 2018 Pukul 03:00

No comments: