Makalah
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
MIKROTEKNIK
JARINGAN DARAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
1.
Untuk membuat preparat
jaringan darah manusia
2.
Mendeskripsikan
preparat yang sudah dibuat
1.2
Dasar
Teori
Pengamatan sel
darah merah atau eritosit di bawah mikroskop akan memperlihatkan ciri-ciri
yaitu tidak mempunyai inti dan pada manusia berbentuk bikonkaf sehingga
menyebabkan permukaannya terlihat lebih luas. Sedangkan sel darah putih
(leukosit) akan memperlihatkan bentuk inti tidak teratur dan dalam sitoplasma
terdapat granula spesifik yang dinamakan neutrofil, sosinofil, dan basofil.
Neutrofil memiliki satu inti dengan 2-5 lobus yang berbentuk sosis (biasanya 3
lobus) yang satu sama lain dikaitkan oleh benang-benang nalus kromatin.
Eosinofil memiliki inti yang berlobus dua. Sedangkan basofil memiliki satu inti
yang besar dengan bentuk pilinan ireguler, umumnya dalam bentuk huruf S,
sitoplasma mengandung granula yang lebih besar dari granulosi, lainnya yang seringkali
granula menutupi inti. Leukosit dengan ciri tersebut digolongkan dalam leukosit
kelompok granulosit. Sementara itu leukosit yang memiliki ciri memiliki inti
dengan bentuk teratur dan dalam sitoplasmanya tidak mengandung granula spesifik
dikenal dengan leukosit kelompok agranulosit. Contoh agranulosit adalam
limfosit dan manosit. Limfosit merupakan sel sferis dengan ciri inti sferis
dengan kromatin padat sehingga kadang-kadang tampak gelap, sitoplasma kecil dan
kadang tampak sebagai lingkaran kecil di sekitar inti. Sedangkan monosit
memiliki ciri inti oval, berbentuk kaki kida, atau berbentuk ginjal, kromatin
kurang padat sehingga inti akan terwarnai lebih muda dibandingkan dengan inti
limfosit. Inti monosit bisanya mengandung 2 atau 3 anak inti.
Darah merupakan
materi yang berperan dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi.
Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang
tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Sekitar 90% komposisi plasma
darah adalah air. Di dalam plasma terkandung ionion dan protein, serta sel-sel
darah yang secara bersama-sama berfungsi dalam regulasi osmotik, transportasi,
dan pertahanan tubuh. Ion-ion dalam plasma berfungsi sebagai elektrolit,
sebagai buffer bagi darah, mempertahankan keseimbangan osmotik dalam darah,
serta berperan penting dalam aktifitas otot dan saraf. Adapun fungsi dari
protein di dalam plasma adalah sebagai buffer melawan perubahan pH, membantu
mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, serta
mempertahankan viskositas (kekentalan) darah. Protein-protein plasma tertentu
memiliki fungsi tambahan, seperti immunoglobulin (antibodi) yang membantu dalam
melawan virus dan agen asing lainnya yang menyerang tubuh. Protein plasma
tertentu berperan saat proses penggumpalan darah pada pembuluh darah yang
pecah. Terdapat dua kelas sel-sel di dalam plasma darah, yaitu sel darah merah
(eritrosit) yang berperan dalam transpor O2 dan sel darah putih (leukosit) yang
berfungsi dalam pertahanan tubuh. Selain kedua jenis sel tersebut, terdapat
pula fragmen-fragmen sel yang terlibat dalam proses penggumpalan darah yang
disebut trombosit (platelet).
Sel darah merah
atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk mahluk hidup. Sel eritrosit
termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. Dalam keadaan fisiologik,
darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai pembawa oksigen, mekanisme perthanan tubuh terhadap infeksi dan
mekanisme hemostaris. Darah terdiri dari dua komponen utama, pertama plasma
darah yaitu bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit dan protein darah,
kedua sel-sel darah merah yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit) (Indah V dan Tristyanto,
2012).
Eritrosit
merupakan sel-sel yang ditemukan paling banyak di dalam darah. Dalam satu
mikroliter darah manusia terdapat 5-6 juta sel-sel darah merah, sehingga dalam
5 liter darah terkandung sekitar 25 triliun sel. Struktur eritrosit berkaitan
erat dengan fungsinya dalam transpor oksigen. Eritrosit manusia berbentuk
cakram kecil bikonkaf (tipis di bagian tengah), dengan diameter 7-8 μm. Dengan
area permukaan yang luas, bentuk tersebut meningkatkan laju difusi oksigen
dalam melintasi membran plasma eritrosit. Pada eritrosit mamalia dewasa tidak
terdapat nukleus, sehingga sel-sel berukuran kecil ini mampu menampung lebih
banyak haemoglobin, yang merupakan protein pengikat oksigen dan mengandung zat
besi (Campbell et al., 2010).
Leukosit atau
sel darah putih merupakan sel yang berfungsi untuk memerangi infeksi. Sebagian
dari sel-sel ini bersifat fagositik, yaitu memakan dan mencerna mikroorganisme
patogen maupun sisa-sisa dari sel-sel tubuh yang telah mati. Secara normal,
terdapat sekitar 5.000-10.000 leukosit dalam setiap 1 μL darah manusia. Jumlah
ini akan meningkat secara temporer saat tubuh memerangi infeksi. Berbeda dari
eritrosit, leukosit mampu menembus dinding kapiler pembuluh darah dan
berpatroli di dalam cairan interstisial maupun sistem limfatik (Campbell et
al., 2010)
Effendi (2003)
menyatakan bahwa leukosit merupakan sel yang memiliki inti serta granula
spesifik (granulosit) yang berupa tetesan setengah cair dalam keadaan hidup
dengan inti yang bervariasi. Pada leukosit yang tidak memiliki granula, intinya
berbentuk bulat atau ginjal, dengan sitoplasma yang homogen. Leukosit berperan
dalam pertahanan selular dan humoral organisme terhadap infeksi zat asing.
Melalui proses diapedesis, leukosit mampu bergerak secara amoeboid. Dengan menerobos
di antara celah sel-sel endotel, leukosit mampu bergerak meninggalkan dinding
kapiler darah kemudian menembus jaringan penyambung. Pemeriksaan variasi
fisiologi dan patologi darah memerlukan persentase dan jumlah absolut tiap-tiap
jenis sel per unit volume darah. Sebagian besar leukosit, yaitu granulosit,
monosit, dan sedikit limfosit, di produksi di sumsum tulang.
Sementara
limfosit serta sel-sel plasma diproduksi di jaringan limfe. Sel-sel yang telah
terbentuk akan diangkut oleh darah untuk didistribusikan. Leukosit ditranspor
ke bagian tubuh yang mengalami infeksi dan peradangan serius. Secara normal,
terdapat enam macam leukosit di dalam darah, yaitu neutrofil, basofil,
eosinofil, monosit, limfosit, dan sel plasma. Neutrofil, basofil dan eosinofil
merupakan tipe sel polimorfonuklear, yang semuanya memiliki granula sehingga
disebut granulosit. Berikut ini adalah persentasi dari jenis-jenis leukosit
pada manusia dewasa :
1.
Neutrofil 62,0 %
2.
Eosinofil 2,3 %
3.
Basofil 0,4 %
4.
Monosit 5,3 %
5.
Limfosit 30,0 %
(Guyton, 1997).
BAB II
METODOLOGI
2.1
Alat
dan Bahan
Pada praktikum
Mikroteknik Jaringan Darah, kami menggunakan beberapa alat dan bahan pada
praktikum Mikroteknik Jaringan Darah. Alat yang kami gunakan adalah: Mikroskop,
Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna. Sedangkan kami
menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah manusia, Pewarna
giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol,
Asam asetat glasial 100%.
2.2
Prosedur
Kerja
Pembuatan
preparat histologi darah prabandus
1.
Menyiapkan objek glass
yang bersih lalu merendam menggunakan alkohol 70%, membiarkan rendaman tersebut
di dalam lemari es semalam atau sampai saat digunakan
2.
Meletakkan objek glass
di atas tisu kering (sehingga kering), memberi label dan menulis identitas pada
ujung objek glass
3.
Mensterilkan ujung jari
telunjuk menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%
4.
Mengatur alat blood
lancet pen dan menusuk jari telunjuk sebelah kiri
5.
Membuang tetesan
pertama dengan cara mengisap menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan
alkohol 70%
6.
Meneteskan darah pada
objek glass pada posisi bagian tepi objek glass
7.
Meletakkan objek glass
yang lain pada sampel tetesan darah dengan posisi miring. menunggu beberapa
waktu sampai tetesan darah memenuhi ujung objek glass, lalu menggeser ke arah
berlawanan setipis mungkin
8.
Mengeringkan objek
glass beberapa waktu ±10 detik
9.
Objek glass direndam
dengan metanol 100% selama 1 menit
10. Merendam
objek glass dengan pewarna giemsa 3% selama 1 menit lalu mengeringkan ±10 detik
11. Mencuci
objek glass dengan aquadest atau air mengalir
12. Merendam
dengan campuran alkohol 96% : xylol (1:1) selama 1 menit lalu mengeringkan ± 10
detik
13. Menetesi
bagian objek glass yang akan diamati dengan xylol 1 tetes (menjaga jangan sampai
kering) dan menutup langsung dengan cover glass
14. Mengamati
dibawah mikroskop, memulai dengan perbesaran kecil berturut turut 4x, 10x, 40x
15. Melakukan
pengamatan terhadap bentuk sel dan identifikasi termasuk jenis sel apa
(eritrosit, leukosit, eosinofil, basofil, limfosit, monosit, dan trombosit)
16. Mencatat
dan menggambar hasil pengamatan pada tabel data pengamatan
17. Memberi
1 tetes immersion oil jika diperlukan untuk memperjelas pengamatan, lalu
mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x
18. Membersihkan
lensa objektif jika ketika selesai menggunakan lens paper yang telah dibasahi
dengan xylol
Pengamatan
preparat histologi apusan darah
1.
Mengamati
jaringan-jaringan darah menggunakan preparat apusan yang telah dibuat
2.
Menggambar dan memfoto
hasil pengamatan jaringan sesuai perbesaran di mikroskop
3.
Menentukan
bagian-bagian pada preparat yang di amati
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1
Tabel
Hasil Pengamatan
Jenis Sel yang Diamati
|
Tipe Jenis Sel
|
Gambar Tangan
|
Gambar Dokumentasi
|
Keterangan
|
Preparat Apusan Darah
|
Eritrosit
|
|
|
1. Eritrosit
2. Dinding
sel
3. Sitoplasma
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum mikroteknik
jaringan darah kami melakukan percobaan dengan tujuan untuk membuat preparat
jaringan darah manusia dan mendeskripsikan preparat yang sudah dibuat. Pada praktikum
mikroteknik jaringan darah kami menggunakan beberapa alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum mikroteknik darah. . Alat yang kami gunakan adalah:
Mikroskop, Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna.
Sedangkan kami menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah
manusia, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%,
Alkohol 96%, Xylol, Asam asetat glasial 100%.
4.1
Jelaskan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pembuatan apusan darah (termasuk
faktor kegagalan)
Pada saat
praktikum mikroteknik jaringan darah kami melakukan percobaan pembuatan
preparat jaringan darah manusia atau preparat apusan darah, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi proses pembuatan apusan darah beserta faktor kegagalan
dalam praktikum mikroteknik jaringan darah. Faktor yang pertama adalah tebal
tipisnya apusan yang dilakukan, semakin tebal apusan maka tidak akan terlihat
dengan jelas bagian-bagian pada preparat apusan darah, sehingga penampakan
dibawah mikroskop dengan tampilan bertumpuk-tumpuk. Faktor kedua ialah sampel
yang digunakan dalam percobaan ini adalah darah yang masih segar, jadi ketika
darah telah di ambil dari praktikan maka segera diberi perlakuan atau segera di
apuskan pada gelas objek.
4.2
Jelaskan
kesulitan yang saudara temui pada saat pembuatan preparat darah/apusan darah
Pada saat proses
pembuatan preparat darah atau apusan darah kami menemui kesulitan dalam
pembuatan preparat, dimana cairan darah yag kami apus masih terlalu tebal
sehingga membuat sel-sel didalam preparat berkumpul menjadi satu sehingga
kesulitan untuk dilihat melalui mikroskop.
4.3
Jelaskan
kesulitan yang saudara temui pada saat pengamatan di bawah mikroskop preparat
apusan darah yang sudah dibuat
Pada saat proses
pengamatan kami mendapati kesulitan dimana preparat yang kami gunakan masih terlalu
tebal sehingga saat proses mencari sel-sel perlu lebih lama.
4.4
Bagaimana
cara saudara mengatasi permasalahan pada no 2&3
Pada
permasalahan nomor dua yaitu kesulitan yang kami pada saat pembuatan preparat
darah/apusan darah adalah tebalnya preparat yang kami buat sehingga kami perlu
mengulangi lagi daalam proses penambahan darah kepada preparat.
Pada permasalahan nomor
tiga yaitu kesulitan yang kami temui pada saat pengamatan di bawah mikroskop
preparat apusan darah yang kami buat ialah karena terlalu tebalnya preparat
sehingga kami mencari bagian-bagian preparat yang memiliki apusan paling tipis.
4.5 Fungsi
masing-masing larutan kimia
Pada saat praktikum mikroteknik jaringan darah kami mengunakan beberapa
larutan kimia, diantaranya: Immersion oil, Pewarna giemsa 3%, Methanol 100%,
Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol, dan Asam asetat glasial 100%.
Immersion oil adalah hal esensial yang yang diperlukan dalam mengamati
sel, immersion oil diperlukan untuk menghilangkan pembiasan yang terjadi pada
celah udara antara lensa objectif dan object glass. Immersion oil berfungsi
sebagai penghubung antara lensa dan kaca.
Pewarna giemsa 3% merupakan teknik pewarnaan mikroskopi atau teknik
standar untuk mewarnai parasit, membrane, inti sel, dan lain sebagainya.
Methanol 100% merupakan senyawa kimia yang berfungsi sebagai pendingin
anti beku, jadi methanol dugunakan untuk mempercepat proses pembekuan.
Alcohol 70% dan alcohol 96%, pada alcohol 70% berfungsi sebagai
seterilisasi alat, tangan praktikan, jarum, dan objek glass. Sedangkan untuk
alcohol 96% digunakan sebagai bahan campuran dengan larutan xylol.
Xylol berfungsi sebagai zat untuk menjernihkan suatu specimen atau
preparat sehingga memudahkan dalam pengamatan
Asam asetat glasial 100% berfungsi sebagai pereaksi
kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari
asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil
asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
4.6
Penjelasan
setiap tahapan cara kerja
Pada praktikum
mikroteknik jaringan darah, kami melakukan cara kerja sebagai berikut: 1. Menyiapkan objek glass yang bersih lalu
merendam menggunakan alkohol 70%, membiarkan rendaman tersebut di dalam lemari
es semalam atau sampai saat digunakan, berfungsi untuk mensterilkan objek
glass. 2. Meletakkan objek glass di
atas tisu kering (sehingga kering), memberi label dan menulis identitas pada
ujung objek glass, berfungsi untuk memberikan tanda dan mengeringkan objek
glass. 3. Mensterilkan ujung jari telunjuk menggunakan kapas yang sudah
dibasahi dengan alkohol 70%, berfungsi untuk mensterilkan ujung jari. 4.
Mengatur alat blood lancet pen dan menusuk jari telunjuk sebelah kiri, blood
pen berfungsi untuk menusuk telunjuk untuk keluarnya darah. 5. Membuang tetesan
pertama dengan cara mengisap menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan
alkohol 70%, berfungsi untuk tetap menjaga kesterilan dari darah. 6. Meneteskan darah pada objek glass pada
posisi bagian tepi objek glass, berfungsi untuk memberikan ruang proses
pengapusan 7. Meletakkan objek glass yang lain pada sampel tetesan darah dengan
posisi miring. menunggu beberapa waktu sampai tetesan darah memenuhi ujung objek
glass, lalu menggeser ke arah berlawanan setipis mungkin, berfungsi untuk
mempermudah dalam melihat sel-sel dibawah mikroskop. 8. Mengeringkan objek
glass beberapa waktu ±10 detik, berfungsi untuk mengeringkan preparat apusan
darah. 9. Objek glass direndam dengan
metanol 100% selama 1 menit, berfungsi sebagai membunuh bakteri yang ada pada
preparat 10. Merendam objek glass dengan pewarna giemsa 3% selama 1 menit lalu
mengeringkan ±10 detik, berfungsi untuk memberikan warna terhadap preparat. 11. Mencuci objek glass dengan aquadest atau air
mengalir, berfungsi untuk membersihkan preparat dari larutan giemsa. 12. Merendam dengan campuran alkohol 96% :
xylol (1:1) selama 1 menit lalu mengeringkan ± 10 detik, berfungsi sebagai
proses penjernihan dan dehidrasi. 13. Menetesi bagian objek glass yang akan
diamati dengan xylol 1 tetes (menjaga jangan sampai kering) dan menutup
langsung dengan cover glass, berfungsi untuk melindungi preparat dari sesuatu
yang dapat merusak jika bersentuhan secara langsung.
4.7
Jenis-jenis
leukosit pada darah
Eosinofil berfungsi
membunuh parasit, merusak selsel kanker dan
berperan dalam respon alergi. Jumlah eosinofil dalam sel darah putih
yaitu sekitar 2 - 4 %, dimana diameternya sama dengan diameter neutrofil yaitu
12 - 15 µm. Jumlah nukleusnya terdiri dari dua lobe yang keduanya juga
terhubung oleh filament. Granula eosinofil berwarna merah kekuningan,dalam
sitoplasma jumlahnya sedikit sehingga nukleus masih dapat dilihat jelas.
Neutrofil adalah adalah
bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel
granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma,
disebut juga polymorphonuclear karena
bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil berwarna merah
kebiruan dengan 3 inti sel.
Basophil fungsinya
berperan dalam respon alergi. Diameter basophil lebih kecil dari neutrophil dan
basophil yaitu sekitar 9-10 µm. Jumlahnya 1% dari total sel darah putih.
Granulanya berwarna merah kebiruan dalam sel
jumlahnya sangat banyak hampir menutupi semua sel, sehingga nucleus
yang jumlah lobe dua dan terhubung oleh
filament tidak dapat dilihat jelas.
Limfosit fungsinya
memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak
beberapa sel kanker dan membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel
plasma. Nukleusnya berbentuk bulat hampir memenuhi sel atau dengan kata lain
hanya ada satu lobe. Jumlahnya sekitar 20-40% dalam sel darah putih, dengan
diameter 8-10 µm
Monosit ,berfungsi
mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis
terhadap berbagai organisme penyebab infeksi. Nuleusnya terdiri dari dua lobe
yang menyatu. Jumlah monosit sekitar 3 - 8 % dalam sel darah putih dengan
diameter antara 16-20 µm.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada praktikum
mikroteknik jaringan darah dengan tujuan untuk membuat preparat jaringan darah
manusia dan mendeskripsikan preparat yang sudah dibuat. Pada praktikum
mikroteknik jaringan darah kami menggunakan beberapa alat dan bahan pada
praktikum Mikroteknik Jaringan Darah. Alat yang kami gunakan adalah: Mikroskop,
Cover gelas, Gelas objek, Blood lancet, Optilab, Pensil warna. Sedangkan kami
menggunakan beberapa bahan, diantaranya: Immersion oil, Darah manusia, Pewarna
giemsa 3%, Methanol 100%., Paper lens, Tisu, Alkohol 70%, Alkohol 96%, Xylol,
Asam asetat glasial 100%.
Pada preparat apusan
darah manusia terdapat Eosinofil berfungsi membunuh parasit, merusak selsel
kanker dan berperan dalam respon alergi.
Neutrofil adalah adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit.
Bersama dengan dua sel granulosit lain: eosinofil dan basophil. Basophil
fungsinya berperan dalam respon alergi. Diameter basophil lebih kecil dari
neutrophil dan basophil. Limfosit fungsinya memberikan perlindungan terhadap
infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker dan membentuk
sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma. Monosit ,berfungsi mencerna
sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap
berbagai organisme penyebab infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Eurika Novi.
2018 . Tim Biologi Struktur Perkembangan Hewan. Universitas Muhammadiyah
jember.
Dwi,2013.https://www.academia.edu/15509652/Makalah_teknik_Apusan_mikrotekkk_Repaired. Diakses pada tanggal 20
November 2018 Pukul 00:02
WIB
Internet
online: https://lms.ipb.ac.id/pluginfile.php/38514/course/overviewfiles/Penuntun%20Praktikum%20Mikroteknik.pdf?forcedownload=1 Diakses pada tanggal 20 November 2018 Pukul 01:23 WIB
Internet
online: http://e-journal.uajy.ac.id/12599/3/BL013762.pdf Diakses pada tanggal 20 November 2018 Pukul 03:00
No comments:
Post a Comment