Friday, December 14, 2018

Latar Belakang Lahirnya Pancasila


 Latar Belakang Lahirnya Pancasila



Mengetahui akan kekalahannya pada akhir Perang Pasifik, pasukan tentara pendudukan Jepang berusaha terus untuk menarik dukungan rakyat Indonesia dengan membentuk organisasi yaitu Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada tangga 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia Merdeka, yang dinamakannya Pancasila. Pembawaan Pidato yang yang dilakukan spontantidak  secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.

Kemudian setelah itu BPUPKI membentuk organisasi suatu Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman dari pada pidato yang telah dibawakan oleh Bung Karno itu. Kemudia Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikusno Tiokrosujoso, Abdulkahar Muzakir, HA Salim, Achmad Soebardjo dan Muhammad Yamin) yang bertugas merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, serta dokumen tersebut menjadi sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, lewat proses persidangan dan lobi- lobi akhirnya Pancasila penggalian Bung Karno ter- sebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-undang Dasar 1 945, yang disahkan dan dinyatakan sebagai suatu dasar untuk negara Indonesia Merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dalam pangkatnya beliau sebagai pemimpin bangsa indonesia, Bung Karno selalu menyempatkan diri untuk tetap menyosialisasikan Pancasila. Lewat berbagai kesempatan, baik pidato, ceramah, kursus, dan kuliah umum, selalu dijelaskannya asal-usul dan perkembangan historis masyarakat dan bangsa Indonesia, situasi dan kondisi yang melingkupinya, serta pemikiran-pemikiran dan filosofi yang menjadi dasar dan latar belakang "lahirnya" Pancasila. Dan selalu meyakinkan tentang kebenaranya Pancasila itu dijadikan sebagai satu-satunya dasar yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk membangun Indonesia Raya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari Sabang sampai Merauke, yang merdeka dan berdaulat penuh. adila, demokratis, makmur, bersatu, rukun, aman serta damai untuk selamyanya.

Meskipun telah menjadi dasar negara dan filsafat bangsa, pada sidang-sidang badan pembentuk Undang- Undang Dasar (Konstituante) yang berlangsung antara tahun 1957 sampai dengan 959, pancasila mendapat ujian yang cukup berat. Akan tetapi, berkat kuatnya dukungan sebagian besar rakyat Indonesia, lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Pancasila tetap tegak sebagai dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia.

Di balik semua itu, pihak neo-kolonialis dan pihak yang anti-Pancasila tidal' tinggal diam. Setelah meletusnya G30S pada tahun 1 965, tidak hanya Soekarno yang harus "diselesaikan" dan "dipendhem jero", bukan hanya Republik Proklamasi yang harus diberi warna dan diperlemah, tetapi j uga roh bangsa yangbernama Pancasila itu harus secara halus dan pelan-pelan ditiadakan dari burni Indonesia.

Melalui segala cara dilakukanlah upaya meng hapuskan nama Soekarno dalam kaitannya dengan Pancasila. Misalnya, dinyatakan tanggal 1 8 Agustus 1 945 sebagai hari lahir Pancasila, bukan Juni 1945. Begitupun juga disebutkan, gambaran utama Pancasila nerawal dari Mr. Muh. Yamin, yang berpidato lebih dahulu dari Bung Karno.

Namun, kebenaran tidak bisa ditutup-tutupi untuk selamanya. Pada saat salah satu pemerintah dari Belanda menyerahkan banyak dokumen asli dari sidang BPUPKI, terbuktilah bahwa pidato Yamin tidak terdapat di dalamnya. Melalui hal tersebut, terhapuskanlah juga teori akan adanya bahwa Mr. Muh Yamin adalah konseptor Pancasila. Maka polemik mengenai Pancasila pun berakhir dengan sendirinya.

Akibat akumulatif dari polemik Pancasila itu, orang menjadi skeptis terhadap Pancasila, mengaburkan pemahaman dan pengertian-pengertiannya, serta menjadi tidak yakin lagi akan kebenarannya. Pancasila semakin hari semakin redup, semakin sayup, sampai akhirnya tidak terdengar lagi gaung dan geloranya.

Apalagi bersamaan dengan kampanye "menghabisi" Bung Karno itu dipropagandakan pula tekad untuk melaksanakan Pancasila "secara murni dan konsekuen". Padahal di balik kampanye itu, sistem dan praktlk-praktlk yang dilaksanakan justru penuh ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekejaman, penindasan dan penginjak-injakan hak asasi manusia; penuh dengan kolusi dan nepotisme; penuh dengan korupsi, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang anti-demokrasi dan a-nasional. Dari semua hal tersenut akhirnya membawa bangsa ini ke zaman yang serba terpuruk dan sempat mengalami krisis hampir semua bidang atau disebut juga dengan krisis multidimensional yang menyusahkan masyarakat indonesia dan mengancam kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang sangat jauh dari cita-cita segenap bangsa Indonesia.

Yang menyedihkan, krisis itu menimbulkan kesimpulan, bahwa yang salah selama ini adalah dasar negara dan falsafah bangsa Pancasila, dan bukannya kesalahan pelaksana atau dalam pelaksanaannya.

Mengetahui mengenai hal tersebut, langkah selanjutnya perlu dilakukan agar menyebarluaskan kembali Pancasila dari ajaran Bung Karno ke seluruh lapisan masyarakat indonesia dan khususnya pada generasi muda Indonesia, agar kita semua bisa memahaminya secara keseluruhan, dan meyakini akan kebenarannya pancasila ,dan Siap untuk memperjuangkan dan melaksanakannya.

Dalam hal tersebut himpunan ini, pidato akan Lahirnya Pancasila, juga dilakukan pidato, kursus atau kuliah umum yang pernah diberikan Oleh Bung Karno dalam berbagai kesempatan. Misalnya, kursus-kursus Pancasila yang berlangsung beberapa bulan di jakart, pidato pada seminar  di yogyakarta , dan pidato peringatan pancasiala di jakarta


Daftar Pustaka : Buku Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara


No comments: