a.
Biografi Oswald Spengler
Oswald Spengler, lahir tanggal
29 Mei 1880 di Blakenburg, Jerman. Latar belakang kehidupan Spengler dapat
dibagi menjadi dua periode kehidupan, pertama;periode kehidupan sebelum Perang
Dunia I dan kedua; periode kehidupan dari permulaan Perang Dunia I sampai
dengan permulaan Perang Dunia II, yang sebenarnya priode produktif Spengler
(Purwo Husodo, 2018).
Periode pertama
kehidupan Spengler merupakan masa pendidikannya baik di Munich, Berlin ataupun
Halle sampai ia berhasil meraih gelar doktor dengan sebuah disertasi tentang
Herakleitos. Hal ini dapat dimungkinkan karena kedua orang tuanya termasuk dari
keluarga yang berpendidikan. Perang
Dunia I pada tahun 1918 benarbenar sesuai dengan ramalan Spengler. Spengler mempunyai
firasat yang tepat ketika ia menyatakan bahwa Perang Dunia I hanya salah satu
permulaan rangkaian peperangan dan munculnya revolusi-revolusi. Perang Dunia I
merupakan suatu dampak lebih lanjut dari peperangan-peperangan yang
mengakibatkan pertanda awal dari keruntuhan dunia Barat 4. Spengler adalah
seorang nasionalis sayap kanan. Pada saat Perang Dunia I berkobar, Spengler
membela kebenaran kaum nasionalis. Meskipun demikian ia tidak percaya pada
teori ras yang menganggap ras Jerman merupakan ras yang paling unggul, sehingga
Hitler tidak dipandangnya sebagai seorang yang berkepribadian pemimpin Jerman
yang diharapkan (Purwo Husodo, 2018).
Oswald Spengler
meninggal di dunih
pada malam hari tanggal 8 Mei 1936 akibatserangan jantung yang mendadak. Ia belum
genap berusia 56 tahun ketika meninggal dunia. Spengler meninggalkan arena
pertikaian politik yang berkepanjangan (Purwo Husodo, 2018).
b.
Teori Pemikiran Oswald Spengler
Oswald Spengler
mempunyai karya yang sangat terkenal yaitu kitab yang berjudul Der Untergang des Abendlandes (Decline of the
West atau “keruntuhan dunia barat, Eropa). Karya ini mempengaruhi khalayak
ramai dan para cendekiawan karena oada kitab ini meramalkan keruntuhan dari
Eropa ( Moh Ali, 1961:92).
Mengenai ramalan dari
Spengler didasari atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam
yang disebut dengan nasib, fatum jika dalam bahasa Jerman disebut dengan Schicksal. Dalil dari Oswald Spengler
mengenai kehidupan dari sebuah kebudayaan dalam segala-galanya sama dengan kehidupan
dari tumbuh-tumbuhan, kehidupan Hewan bahdakn kehidupan manusia ( Moh Ali,
1961:92).
Adapun persamaan itu
berdasarkan kehidupan organis yang dikuasai oleh hukun siklus sebagai wujud
daripada Fatum. Hukum tersebut tampak pada siklus berikut:
Telah dikatakan oleh
Spengler bahwa kehidupan sebuah kebudayaan sama dengan kehidupan
tumbuh-tumbuhan, kehidupaan hewan dan kehidupan dari manusia. Dengan pernyataan
demikian berarti pola gerak sejarahnya adalah linier yaitu bergerak lurus hal
tersebut didasari karena dalam kehidupan manusia misalnya berawal dari
lahir-muda-dewasa-tua-mati (Tamburaka, 1999: 63-64).
Namun, spangler juga
mengatakan pola sejarah seperti siklus
Yang terdiri atas empat bagian atau masa yang dimana terdiri dari urutan
semi-panas-rontok-dingin dan seterusnnya. Dengan hal tersebut berarti pola
sejarah meneganai hukum alam ini adalah pola siklus karna hal tersebut selalu
berputar secara terus menerus dan merupakan keharusan dari alam sedangkan
manusia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima amorfati (Tamburaka, 1999:
63).
.
Seperti dalam historis
materialis susudah masyarakat kapitalis pasti-tentu-mesti datang masyarakat tak
berkelas, demikian pula suatu kebudayaan pasti-mesti-tentu runtuh apabila sudah
melewati puncak kebesarannya. Maka oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan
dapat diramalkan terlebih dahulu berdasarkan perhitungan (Tamburaka, 1999: 63).
Kebudayaan adalah wujud
dari seluruh kehidupan manusia: bahsa, adat, industri, filsafat dan
sebagainnya. Ditiap-tiap wilayah kehidupan manusia timbullah suatu kebudayaan Barat
(Eropa dan Amerika), India, Tiongkok, Mesir, Babilionia dan sebagainnya.
Spengler mengadakan perbedaan antar kultur dengan civilization. Kultur adalah kebudayaan yang masih hidup, dapat
tumbuh dan berkembang, seperti sebuah dahan yang masih dapat berbunga. Civilization ialah kebudayaan yang sudah
tidak dapat tumbuh lagi atau bisa dikatakan sudah mati (Tamburaka, 1999: 64).
Apakah tujuan dari gerak
sejarah ? menurut Spangler gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali
melahirkan-membesarkan-mengembangkan-meruntuhkan kebudayaan-kebudayaan.
Spangler juga membedakan dengan tujuan dari kehidupan padi yaitu
bertumbuh-berbuah-mati, itulah tujuan dari siklus kehidupan Tamburaka, 1999: 64).
Spengler menyelidiki
kebudayaan Barat. Setelah membandingkan kebudayaan barat dengan sejarah
kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia beri kesimpulan:
a.
Kebudayaan barat sampai pada masa tua (musiang dingin) yaitu civilization
b.
Sesudah civilization itu,
kebudayaan barat pasti akan runtuh
c.
Bangsa barat harus bersikap berani menghadapi keruntuhan itu
Tujuan mempelajarai
sejarah adalah mengetahui cara suatu kebudayaan didiagnosis, seperti seorang
dokter mnentukan penyakit si penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan,
sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya
(Hasbullah,2017:70-71)
B. ARNOLD J. TOYNBEE
a.
Biografi
Toynbee
lahir pada 14 April 1889 di London.Meninggal di New York 22
Oktober 1975. Arnold Joseph Toynbee adalah anak dari
Henry Valpy Toynbee, seorang pengimpor teh yang beralih menjadi pekerja sosial,
dan Sarah Edith Marshall, sarjana unofficial di bidang sejarah dari Universitas
Cambridge. Semasa kecil, Toynbee dididik oleh ibunya dan seorang guru privat
perempuan. Kemudian dia meneruskan ke Wotton Court di Kent dan Winchester College.
Dia cemerlang dalam studinya, dan mendapatkan beasiswa untuk disiplin sastra
Yunani dan Romawi Kuno ke Balliol College, Oxford. Ketika menggeluti sastra
Yunani dan Romawi kuno, Toynbee berambisi menjadi ‘sejarawan besar dan masyhur
–bukan semi popularitas lantaran banyak tugas di dunia yang mesti dituntaskan,
Toynbee merupakan penulis besar, menghasilkan karya yang tidak terhitung
jumlahnya tentang agama, sejarah kuno dan modern, peristiwa kontemporer, dan
hakekat sejarah. Toynbee berpikiran besar, orang terkesan sebab dia berusaha
menyatukan seluruh tempat dan masa dalam satu jaringan.
Setelah menamatkan studinya pada tahun 1912, Toynbee
menjelajahi situs-situs sejarah di Yunani dan Itali. Meskipun Toynbee menikmati
perjalanannya, namun dia harus memperpendek kunjungannya untuk mengobati
disentrinya. Setelah keluar dari rumah sakit dia mulai bekerja sebagai tutor
sejarah kuno di Baliol. Meskipun dia mempunyai harapan mampu membantu
muridmuridnya 'mengenal keragaman kehidupan dan peradaban', tak seorang pun
dari mereka mampu memenuhi harapan sang guru. Dia kemudian mengalihkan
energinya untuk melakukan sesuatu yang kemudian menjadi pekerjaan seumur
hidupnya: menulis. Dia mulai menulis sebuah buku tentang sejarah Yunani dari
masa prasejarah sampai masa Bizantium, namun sebelum buku tersebut selesai dia
terganggu oleh peristiwa yang terjadi di masanya, seperti Perang Balkan pada
1912 dan 1913.
Pada
tahun 1915, Toynbee menerima tawaran bekerja di unit propaganda pemerintah yang
baru berdiri di London. Di situ dia bekerja dengan Lord Bryce untuk menarik
perhatian internasional terhadap pembantaian orang-orang Armenia oleh
orang-orang Turki. Toynbee bersusah payah mencari data yang bisa dipercaya,
namun lantas bermasalah dengan laporan-laporan dia dan Bryce yang berat
sebelah. Bryce dan Toynbee lantas diminta untuk menyelidiki laporan-laporan
tentang kekejaman Jerman pada pihak lain.
Pada
bulan Mei 1917, Toynbee kembali bertugas di Political Intelligen Departemet,
yang didirikan untuk merancang kebijakan luar negeri Inggris selama fase akhir
perang dan pada konferensi damai Versailles. Toynbee menghadiri konferensi
Versailles selaku penasehat Kerajaan Ottoman dan The Muslims of The Central
Asia (Persaudaraan Muslim Asia Tengah). Setelah kembali ke Inggris dia menerima
tawaran mengajar dalam bidang sejarah dan sastra Yunani dan Bizantium modern di
Universitas London. Namun, Toynbee dipaksa meninggalkan posisi itu pada tahun
1942, sebab ketua donatur Yunani tersinggung oleh laporan-laporan korannya
mengenai perang antara Yunani dan Turki di Anatolia (1921-1922) yang memihak
Turki. Tidak lama kemudian, dia ditugasi oleh British (kini Royal) Institute
for International Affairs untuk menulis sebuah buku hasil riset lama dan
mendalam tentang paeristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak Perjanjian
Versailles. Buku tersebut, Surveys of International Affairs 1920-1923 (1925),
menjadi buku hasil survey mendalam pertama yang dia hasilkan sampai dia pensiun
pada tahun 1953.
1.
Karya-Karya
a. Nationality and
the War
Dalam
buku ini Toynbee berusaha membeberkan ide dan kejadian yang ada di balik
pembunuhan Archduke Franz Ferdinand di Sarajevo dan menunjukkan bahwa
penyelesaian konflik dengan Jerman yang telah kalahakan
menjauhkan orang-orang Eropa dari nasionalisme dan mendekatkan mereka kepada
kerjasama.
b. Surveys of
International Affairs 1920-1923 (1925)
Merupakan buku hasil riset lama dan mendalam tentang
paeristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak Perjanjian Versailles. Buku
tersebutmenjadi buku hasil survey mendalam pertama yang dia hasilkan sampai dia
pensiun pada tahun 1953.
c. A Study of History. Oxford,1934 vols, 1-3, 1939, vols 4-6 1953,
vols, 7-10
Di dalam buku ini terdiri dari 12 jilid yang tebal-tebal.
(julid pertama diterbitkan pada tahun 1933). Dalam buku ini menjelaskan bahwa
teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan 9
kebudayaan yang kurang sempurna.
d. The World and the west, Oxford 1953
e. An Historis approach to religion, Oxford University
Press, dalam A. Marks dan R.E. Tamburaka, 1965 : 30-33)
Karya-karya
Toynbee tersebut yang memberikan penjelasan tentang teori dan filsafat menurut
Arnold Joseph Toynbee. (Tamburaka, 1999 : 68)
saya akan melanjutkan artikel ini pada postingan berikutnya, terus simak sejarah pada masa terdahulu agar pengetahuan kalian dapat bertambah
saya akan melanjutkan artikel ini pada postingan berikutnya, terus simak sejarah pada masa terdahulu agar pengetahuan kalian dapat bertambah
No comments:
Post a Comment