Thursday, November 15, 2018

DINAMIKA SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA PADA JAMAN KOLONIAL HINDIA BELANDA (1908-1942) ORGANISASI INDICHE PARTIJ DAN PKI

Indische Partij



Latar Belakang Berdirinya
Indische Partij adalah perkumpulan ke-3 setelah Budi Utomo yang pertama pada tahun 1908,kemudian ada Sarikat Islam pada tahun 1911,dan kemudian ada Indische Partij yang ketiga yakni pada tahn 1912 (Susanto Tirtoprojo,1986:41).Lebih tepatnya didirikan pada 25 Desember 1912  (Pospoenegoro dan Nugroho Notosusanto,2008:350).Didirikan di Bandung (Abdulah,Taufik dan A.B Lapian,2012:391).Indische Partij didirikan oleh Douwes Dekker atau Dahudirja Setiabudi,Dr.Tjipto Mangunkusumo,dan Suwardi Suryaningrat ,yang kemudian mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara.“   3 Serangkai” itulah yang mendirikan Indische Partij,dengan tujuan untuk mempersatukan semua indiers.Jadi,kalau BO dan SI membatasi keanggotaannya pada bangsa Indonesiia asli,maka Indische Partij meluaskan keanggotaan-nya tidak hanya untuk bangsa Indonesia asli,tetapi untuk semua orang yang lahir di Hindia Belanda dulu dari turunan apapun.Sebagai tujuan disebutkan di dalam bahsa Belanda “voorbereiding voor een onaafhankelijk volksbestaan” artinya “persiapan untuk kehidupan bangsa yang merdeka”.Disini,ternyata bahwa dengan sengaja dipakai perkataan “voorbeiding”,mempersiapkan.Yang sebenarnya dicita citakan ialah Indonesia merdeka,tetapi untuk menghindarkan suapaya tidam masuk larangan dari pada pemerintah kolonial,maka dicantumkan kata-kata “persiapan” (Susanto Tirtoprojo,1986:41).Indische Partij berupaya membangkitkan dan memperkuat perasaan bertanah air di kalangan masyarakat. Mereka mencoba memanfaatkan perasaan tidak puas di kalangan keturunan  atau Indo-Belanda yang bersama sama dengan masyarakat Indonesia menentang kekuasaan kolonial Belanda.Indische Partij menginginkan bangkitnya perasaan patriotisme  di kalangan penduduk pribumi (Abdulah,Taufik dan A.B Lapian,2012:391).Pemerintah Hindia Belanda keberatan untuk mengakui perkumpulan ini sebagai badan hukum ,sehingga waktu meminta diakui sebagai rechtspersoon,sebagai badan hukum,permohonan itu ditolak.Jadi sebaga perkumpulan tidak dilarang,tetapi permohonan untuk diakui sebagai badan hukum toh ditolak.Di dalam praktek-praktenya ,di dalam propagandanya,dalam siaran-siaran,ternyata apa yang dikerjakan oleh perkumpulan ini menurut pandangan Pemerintah Hindia Belanda sudah keluar dari batas yang diperbolehkan.Maka dari itu setelah berdiri 1 tahun,Pemerintah Hindia Belanda,mengambil tindakan terhadap 2 orang dari pimpinannya,yaitu Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara,yang kedua-duanya dapat pemberitahuan,bahwa 2 pemimpin itu akan diinternir,akan ditempatkan di suatu tempat yang tidak boleh ditinggalkannya,dengan mempergunakan kekuasaan istimewa yang memang waktu itu pemerintah Hindia Belanda.Waktu itu kedua pemimpin ini menerima pemberitahuan akan diinternir,maka kedua-duanya mengajukan permintaan untuk meninggalkan Hindia Belanda.Sikap pemerintah Hidia Belanda waktu itu,pemimpin yang akan dikenakan internering,dapat menghindarkan diri dari internering itu dengan meninggalkan Hindia Belanda.Maka permintaan dari kedua pemimpin itu dikabulkan,sehingga pada tahun 1912 Douwes Dekker dan Kih Hajar Dewantara meninggalkan Hindia Belanda dan keduanya pergi ke Belanda. Dalam tahun 1919 kedua pemimpin itu diperbolehkan kembali ke Indonesia.Douwes Dekker dalam tahun 1940 ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname,setelah Indonesia merdeka pulang kembali ke Indonesia dalam tahun 1947 dan menjadi Menteri Negara dalam Kabinet Sjahrir,dalam tahun 1948 diangkat menjambangan Dewan Pertimbangan Agung di Yogya,Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara dalam tahun 1921 mendirikan perguruan”Taman-Siswa”,dan dalam tahun 1945 menjadi Menteri Pengajaran pertama dari Republik Indonesia (Susanto Tirtoprojo,1986:41-42)
Tentang Dr.Tjipto Mangunkusumo hanya dapat saja kemukakan sekedar penjelasan ialah bahwa berhubung dengan kegiatannya di dalam lapangan politik juga jadi korban dari tindakan Pemerintah Hindia Belanda,ialah dalam tahun 1926 dikenakan tindakan internering,untung masih di daerah yang tidak terrncil yakni di Bandung.Tetapi hanya 2 tahun,pada tahun 1928 dipindahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Banda.Tilum Jepang untuk Pemerintah Hindia Belanda telah membebaskan Dr.Tjipto dari internering itu,sehingga sebelum Jepang masuk telah kembali lagi di masyarakat,dan meninggal pada tahun 1943.
Indische Partij yang pada tahun 1913 berganti nama menjadi “Insulinde” ternyata tidak mendapat sambutan yang diharapkan dari masyarakat.Meskipun dalam taun 1919 namanya diganti lagi dengan “Nationaal Indische Partij” tetapi toh tidak berhasil untuk meluas di kalangan rakyat banyak,karena masyarakat Indonesia asli pada waktu itu belum berani dengan terang-terangan menyatakan untk merdeka,sedangkan masyarakat keturunan Beanda sebagian besar masih ingin mempertahankan kedudukannya sebagai Europeanen.Pada waktu itu menurut undang-undang kolonial masyarakat penduduk Indonesia dibagi antara 3 golongan besar,ialah :
1.Bangsa Eropah atau Europeanen
2.Inlanders yaitu bangsa pribumi,dan
3.Bangsa Timur Asing yani Vreemde Oosterlingen.
Di dalam peraturan memang ada privileges,hak yang lebih pada golongan Eropa dari golonan Inlanders dan golongan Vreemde Oosterlingen,maka menurut peraturan bangsa Belanda-Indo itu masuk dalam golongan Europeanen.Maka sebagian besar dari kaum Indo ini pada waktu itu masih lebih suka mempertahankan kedudukannya sebagai Europeanen,sehingga dalam kalangan Belanda-Indo pun Indische Partij tidak mendapat sambutan yang diharapkan.
PROFIL ORGANISASI
Nama dan Lambang
Sebagai lambing partai dibuat Bendera Indische berwarna hitam (warna kulit Indier), yang satu pojoknya diberi garis-garis hijau (pengharapan baik dimasa yang akan datang), merah (keberanian), biru (kesetiaan) (Pringgodigdo, 1994:13).
Tujuan dan Orientasi
Melalui karangan- karangan di dalam Het Tijdschrift tujuan dari Indische Partij kemudian dilanjutkan didalam De Express, propagandanya meliputi, Pelaksaan suatu program “ Hindia “ untuk setiap gerakan politik yang sehat dengan tujuan menghapuskan perhubungan kolonial, Menyadari golongan Indo dan penduduk bumi putera, bahwa masa depan meraka terancam oleh bahaya yang sama yaitu bahaya Eksploitasi Kolonial. Alat untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan ialah dengan membentuk suatu Partij: Indische Partij. “Tujuan Indische Partij ialah untuk membangunkan patriotisme semua Indiers terhadap kepada tanah air, yang telah memberi lapangan hidup kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerjasama   atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air “Hindia” dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka” (Notosusanto, 2010:350).
Pendiri Indische Partij yang tinggal satu belum ditangkap itu, tetap terus berjuang membela rakyat.Baginya, meskipun termasuk keturunan Belanda (Indo), namun dalam perjuangan merasa satu dengan orang-orang kelahiran Hindia Belana asli.Dalam perjuangan untuk kepentingan tanah air tidak ada perbedaan antar Indo maupun Pribumi.Dia merasa hidup di tanah airnya sendiri dan tidak senang melihat kehidupan di masyarakat yang sangat membedakan ras, derajat, maupun perlakuan.Dia berjuang untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische Partij, seperti sebagai berikut:
Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri.
Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras baik dalam bidang ketatanegaraan maupun bidang kemasyarakatan.
Memberantas usaha-usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme yang bisa mengakibatkan Indiers ading sama lain, sehingga dapat memupuk kerjasama atas dasar nasional.
Memperkuatdaya tahan rakyat Hindia dengan memperkembangkan individu ke arah aktivitas yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan.
Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.
Memperkuat daya rakyat Hindia untuk dapat mempertahankan tanah air dari serangan asing.
Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang di dalam semua hal terus ditujukankepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai.
Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah (Notosusanto, 2010:351-352).
Kepengurusan
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan bumi putera, golongan Indo, Cina dan Arab. Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Cabang Indische Partij yaitu Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Jika dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische Partij  lebih kecil jumlahnya. Mungkin disebabkan karena adanya perasaan takut untuk memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda". Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh Indische Partij dalam mengembangkan jumlah Anggotanya.
Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, yang melihat keganjilan dalam masyarakat colonial khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum Indo. Berikut profil tiga serangkai :
1. Ernest Douwes Dekker
Nama Lengkap            : Ernest Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi
Lahir                            : 8 Oktober1879 Pasuruan, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal                   : 28 Agustus1950 Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Pekerjaan                     : Politisi
Istri                              : Clara Charlotte Deije Johanna P. Mossel Haroemi Wanasita
Douwes Dekker adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering membela mereka. Tindakannya membuat ia kurang disukai rekan kerjanya, namun disukai pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran. Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.
2. Tjipto Mangoenkoesoemo
Dr. Cipto Mangunkusumo atau Tjipto Mangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Dr. Cipto Mangunkusumo lahir di Pecangakan, Ambarawa tahun 1886 dan waafat di Jakarta, 8 Maret 1943
Tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917. Dokter Tjipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920. Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
3.Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei1889 dan wafat di Yogyakarta, 26 April1 959,  disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional.
Keanggotaan
Keanggotaan Indische Partij terbuka untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta, golongan bangsa yang menjadi anggota Indische Partij adalah golongan bumi putera, golongan asli Indonesia, Cina dan Arab. Keanggotaan Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300 orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan bumi putera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Cabang Indische Partij yaitu Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang, Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang (Pringgodigdo, 1994:13).
Sifat dan Corak
Tujuan dari didirikannya Indische Partij ini adalah “Indie” merdeka; dasarnya “National Indische”.Dengan semboyan “Indie” untuk “Indiers” berusaha membangunkan rasa cinta tanah air dari semua “Indier”, berusaha mewujudkan bekerja bersama yang erat untuk kemajuan tanah air dan menyiapkan kemerdekaan.Jadi organisasi ini memiliki corak politik dari awal terbentuknya sehingga dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahan kolonial.Bahkan organisasi ini tidak diberi legalitas badan hukum oleh pemerintah Belanda (Pringgodigdo, 1994:13).
Bunyi pasal-pasal dalam anggaran dasar Indische Partij sebagai tujuan didirikannya indische partij, seperti sebagai berikut:
1.        Memelihara nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan kebangsaan semua Indiers, meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah budaya Hindia, mengasosiasikan intelek secara bertingkat kedalam suku dan antar suku yang masih hidup berdampingan pada mada ini, menghidupkan kesadaran diri dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2.      Memberantas rasa kesombongan rasial dan keistimewaan ras.
3.      Memberantas usaha untuk membangkitkan kebencian agama dan sektarisme.
4.   Memperkuat daya tahan rakyat Hindia dengan mengembangkan individu ke aktivitas yang lebih besar secara taknis dan memperkuat kekuatan batin dalam soal kesusilaan
5.      Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
6.      Memperkuat daya rakyat Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan asing.
7.     Mengadakan unifikasi, perluasan, pendalaman, dan meng-Hindia-kan pengajaran, yang semua hal tersebut ditujukan kepada kepentingan ekonomi Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan karena ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat yang setinggi-tingginya yang bisa di capai
8.      Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
9.   Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
DINAMIKA PERJUANGANORGANISASI
Program Kerja dan Usaha
Memelihara cita-cita nasional Hindia atau Indonesia.
Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik pemerintah maupun masyarakat.
Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama yang lain.
Berusaha untuk memperoleh persamaan hak bagi semua orang Hindia.
Memperkuat daya rakyat Hindia untuk mempertahankan Tanah Air dari serangan asing.
Memperbesar pengaruh pro-Hindia di dalam pemerintahan.
Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan memperkuat mereka yang ekonominya lemah. (Notosusanto, 2010:351-351).
AKHIR RIWAYAT ORGANISASI
Faktor Penyebab dan Proses
Kepergian ketiga pemimpin membawa pengaruh terhadap kegiatan Indische Partij berganti nama menjadi partai Insulinde. Sebagai asas utama dalam programnya tertera “ mendidik nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan bangsa”. Kepada anggota-anggotanya ditekankan supaya menyebut dirinya “Indiers”, orang Hindia (Indonesia).Pengaruh kuat dari Sarekat Islam telah menarik orang-orang Indonesia sehingga, partai Insulinde menjadi semakin lemah (Notosusanto, 2010:253).Ketiga pemimpin ini ditangkap dan diasingkan kenegeri Belanda.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul,H.2012.Indonesia dalam Arus Sejarah 5.PT Ichtiar Baru Van Hoeve
Pringgodigdo.1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia.Jakarta: PT. Dian Rakyat
Notosusanto, N. Poesponogoro, M,D. 2010. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka
Suhartono.2001. Sejarah Pergerakan Nasional.Yogyakarta: IKAPI
Tirtoprojo,Susanto.1986.Sejarah Pergerakan Indonesia.PT Pembangunan:Jakarta

No comments: