Friday, November 30, 2018

cerita kiyahi bisri syansuri (generasi peminat fiqih) part 2




    Oleh karena itu, dia menjadi seorang ulama besar setelah Khalil Bangkalan yang namanya dimasukkan dalam silsilah intelektual tradisi pesan–tren. Kader-kader Kiai Hasyim Asy’ari, angkatan peminat fiqhlah yang kemudian menjadi kiai-kiai terkemuka hingga saat ini, atau yang mewariskan pesantren-pesantren besar kepada para pengganti sebelum mereka kapundut.

          Selama enam tahun di pesantren Tebuireng itu, pemuda Bisri memperoleh ijazah (perkenan lisan) dari gurunya. Ia telah diberi kewenangan untuk mengajarkan kitab-kitab agama yang terkenal dalam literatur lama.Seperti teks fiqh Al-Zubad —yang kemudian menjadi kegemarannya— hingga ke corpus magnus hadits yang menjadi spesialisasi Kiai Hasyim Asy'ari, Bukhari dan Muslim.

         Pada waktu itu sudah terlihat jelas corak penguasaan ilmu-ilmu agama yang diikuti pemuda Bisri. Inilah yang kelak menjadi tonggak dari cikal bakal kemasyhurannya di kemudian hari: pendala–man pokok-pokok pengambilan hukum agama da–lam fiqh, tanpa terlalu banyak variasi tambahan pengetahuan baru yang bermacam-macam.

         Literatur keagamaan yang dikuasainya memang terasa terlalu bersifat sesisi, lebih ditekankan pada literatur fiqh lama. Tetapi penguasaan itu memilikiintensitas luar biasa, sehingga secara keseluruhan membentuk sebuah kebulatan yang matang dalam kepribadian dan pandangan hidupnya.

      Ketundukannya kepada keputusan hukum aga–ma yang diambil berabad-abad yang lampau, mung–kin terasa agak aneh terdengar di masa modern ini. Tetapi ia memiliki validitasnya sendiri, selama dila–kukan dengan keterbukaan sikap dan keteguhan hati seseorang yang mampu menghadap

No comments: